Friday, December 7, 2012
Kisah Dipermalukan Pengemis ( Renungan )
Seorang pengemis datang mengiba pada seorang kaya
“Pak minta uang, Pak”
“Saya tidak punya uang kecil!,” sanggah si kaya.
“Uang besar juga boleh Pak”
“Saya tidak punya uang ,” ujar si kaya kesal
“Kalau gitu saya minta makan, Pak”
“Saya juga tidak punya makanan’” jawab si kaya gusar.
Kali ini suara pengemis berubah penuh percaya diri.
“Pak ikut saya yuk!”
“Kemana?” tanya si kaya heran
“Kita ngemis bareng, Pak. Nanti saya ajari. Bapak kan gak punya uang dan gak punya makanan, saya kasihan sama bapak. Saya saja uang kecil sih masih ada. Nanti saya beli makanan buat Bapak!”???
RENUNGAN:
Kadang kita sering menganggap enteng dab menganggap remeh lawan bicara kita tidak menggunakan logika yang patut untuk ucapan kita.
Akibatnya argumentasi kita jadi bumerang.
Memilih kata singkat untuk berargumentasi merupakan salah satu skill yang akan banyak membantu kita. Setidaknya kita bisa menghemat waktu dan membuat ide kita diterima orang.
Si kaya sebenarnya cuma mau bilang bahwa ia tidak mau kasih sedekah. Mungkin karena ia tidak suka dengan orang mengemis atau ia berasumsi bahwa si pengemis minta-minta karena malas bekerja. Sah-sah saja.
Memang kadang kita melihat pengemis ada yang layak dibantu tapi ada juga yang terlihat tidak sepantasnya mengemis.
Tapi kalau memang tidak mau memberi, pilih kata atau gerak tubuh yang efektif, jangan sampai cara menolaknya membuat kita malah terlihat bodoh, seperti orang kaya di atas.
Kalau mau menolak, cukup katakan maaf. Kalau masih dipaksa bilang maaf lagi sedikit lebih keras. Kalau masih dipaksa, berarti si pengemis bukan meminta-minta tapi maksa, Anda boleh menegur.
Inti dari tulisan ini adalah, jangan menganggap remeh lawan bicara. siapapun mereka.
Jangan remehkan logika anak kecil.
Jangan remehkan logika adik kelas.
Jangan remehkan pegawai baru.
Pokoknya jangan anggap remeh daya pikir orang lain, siapapun mereka.
Banyak sekali orang yang terlihat rendah dan miskin, sebenarmya mereka adalah calon orang hebat yang masih dalam proses pematangan.
Anda bisa temukan banyak orang seperti ini dalam buku No Excuse!
Kalau kita anggap remeh orang lain, maka kita akan mengeluarkan argumentasi seadanya. Argumentasi seadanya dekat dengan kesalahan.
Dan itu bisa jadi bumerang yang mempermalukan kita.
Labels:
Renungan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment